MAKALAH
ANFISMAN
KONSEP
HOMEOSTATIS
Disusun oleh :
Cahya Aulia
Aulia Dika Rhamadianti
Nadia Fidayani Dahrie
Ni Made Yulianda
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR.
HAMKA
JAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Homeostasis berasal dari kata homeo berarti “yang sama” dan stasis berarti “berdiri atau diam”.
Sherwood (2007) mendefinisikan homeostasis sebagai pemeliharaan lingkungan
internal yang relatif stabil.
Makhluk hidup sejatinya senantiasa melakukan pertukaran
dengan lingkungan, mengambil bahan yang diperlukan dan mengeluarkan zat-zat
yang sudah tidak berguna dalam tubuh. Kita ambil contoh Amoeba misalnya. Amoeba mengambil oksigen dan nutrisi
dari lingkungannya serta melepaskan zat sisa metabolisme ke lingkungan.
Apa yang terjadi pada tubuh manusia hampir sama
meski tidak sama persis. Manusia mengambil zat-zat yang dibutuhkan dari
lingkungan, serta mengeluarkan zat sisa (sampah) ke lingkungan. Tubuh manusia
terdiri dari banyak sel tidak seperti Amoeba yang hanya terdiri dari satu sel.
Bagi sel-sel tubuh terdapat dua lingkungan yaitu lingkungan eksternal dan
lingkungan internal. Lingkungan
eksternal adalah
lingkungan dimana tubuh manusia hidup atau dapat dikatakan segala sesuatu yang
berada di luar tubuh manusia. Lingkungan
internal adalah
lingkungan di luar sel namun berada di dalam tubuh.
Lingkungan internal berupa cairan plasma dan
cairan interstisial. Ketika sel-sel tubuh memerlukan suatu asupan, dia tidak
bisa langsung mengambilnya dari cairan ekstra sel, zat yang diperlukan akan
diambil dari cairan interstisial yang dipasok oleh plasma darah. Ketika sel
perlu mengeluarkan sisa metabolisme misalnya karbondioksida tidak bisa juga
langsung dikeluarkan ke lingkungan eksternal, maka karbondioksida tersebut
akan dikeluarkan ke cairan interstisial. Agar sisa metabolisme pada cairan
interstisial tidak menumpuk maka sisa metabolisme tersebut dikeluarkan melalui
plasma darah kemudian menuju alat-alat ekskresi dan akhirnya dikeluarkan ke
lingkungan eksternal.
Plasma darah dan cairan interstisial diatur agar
dapat mendukung kehidupan sel, tidak seperti Amoeba yang tidak dapat mengatur
lingkungannya. Pengaturan keadaan lingkungan internal agar tetap stabil inilah
yang disebut dengan homeostasis. Pemeliharaan lingkungan internal berupa
komposisi, suhu dan karakteristik lainnya ini bukan berarti tidak ada perubahan
sama sekali. Stabil disini berarti perubahan-perubahan yang terjadi tidak
terlalu menyimpang jauh. Jika suatu faktor mulai menggerakkan kondisi
lingkungan internal menjauhi kondisi optimal, maka sistem-sistem dalam tubuh
akan memulai reaksi tandingan untuk meminimalisasi perubahan tersebut. Misalnya
jika tubuh terpapar pada suhu dingin maka suhu internal tubuh akan cenderung
turun. Maka, pusat kontrol di otak akan menanggapinya untuk memulai kompensasi
misalnya menggigil untuk meningkatkan suhu tubuh menuju suhu normal. Sebaliknya
ketika lingkungan internal tubuh saat cuaca panas misalnya, pusat kontrol
suhu akan memicu berkeringat untuk menurunkan suhu tubuh menuju normal.
Banyak faktor dalam lingkungan internal tubuh
yang harus dipertahankan. Faktor-faktor tersebut meliputi konsentrasi
molekul-molekul nutrien, konsentrasi O2dan CO2,
konsentrasi zat sisa, pH, konsentrasi garam, air dan elektrolit lain, volume
dan tekanan serta suhu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Homeostasis adalah keadaan yang relatif konstan di
dalam lingkungan internal tubuh. Homeostasis merujuk pada ketahanan atau
mekanisme pengaturan lingkungan kesetimbangan dinamis dalam (badan organisme)
yang konstan. Homeostasis merupakan salah satu konsep yang paling penting dalam
biologi. Bidang fisiologi dapat mengklasifkasikan mekanisme homeostasis
pengaturan dalam organisme. Umpan balik homeostasis terjadi pada setiap
organisme (Resha,2009).
Contoh homeostasis yang ringkas ialah apabila cuaca
panas, sistem kulit akan merespon dengan mengeluarkan peluh melalui kelenjar
keringat pada epidermis kulit untuk mencegah suhu darahnya meningkat, pembuluh
darah akan mengembang untuk mengeluarkan panas ke sekitarnya, hal ini juga
menyebabkan kulit berwarna merah.Homeostasis pada dasar nya adalah untuk
menstabilkan cairan di sekitar sel-sel organisme multisel yaitu cairan
ekstrasel (CES) yang merupakan interface antara sel dengan lingkungan liar.Oleh
karena itu parameter CES yang harus dipertahankan melalui homeostasis adalah :
1.
Kadar
Nutrien
2.
Kadar
O2 dan CO2
3.
Kadar
Sisa Metabolisme
4.
PH
5.
Kadar
Air,Suhu,Volume dan Tekanan.
Dalam menyelenggarakan homeostasis ini tubuh harus
senantiasa memantau adanya perubahan-perubahan nilai berbagai parameter,lalu
mengkoordinasikan respons yang sesuai sehingga perubahan yang terjadi dapat di
redam.Untuk itu,sel-sel tubuh harus mampu berkomunikasi satu dengan yang
lainnya. Komunikasi antar sel ini merupakan media yang menopang pengendalian
fungsi sel organ tubuh.Pengendalian yang paling sederhana terjadi secara lokal
(intrinsik) yaitu yang dilakukan dengan komunikasi antar sel yang
berdekatan.Pengendalian jarak jauh (ekstrinsik) lebih kompleks dan dimungkinkan
melalui refleks yang dapat melibatkan system syaraf (lengkung refleks) maupun
sistem endokrin (umpan balik) (Minarma,2004).
Homeostasis dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan keimbangan
yang sangat halus namun bersifat dinamis (dynamic steady state).Macam-macam
pengaturan yang terlibat dalam homeostasis itu sendiri meliputi :
1.
Umpan
balik positif : Contohnya adalah pada saat demam,badan akan bertambah panas
untuk membunuh bakteri dan virus.
2.
Umpan
balik negatif : Contoh pada saat keadaan panas,badan akan diatur untuk
mengurangi panas badan.
Pengaturan juga tidak hanya melalui umpan balik,tetapi
dapat juga bersifat kedepan (feed forward control) yang memungkinkan tubuh
mengantisipasi perubahan yang akan datang.Bahkan besar respons juga dapat
dimodulasi melalui up-regulation atau down-regulation jumlah dan /atau kinerja
reseptor sel (Resha,2009).
Sistem-sistem yang terlibat dalam homeostasis
meliputi: transportasi,perolehan sumber nutrien, pembuangan sisa metabolisme, kontrol
oleh saraf dan hormon, dan reproduksi.
BAB II
PEMBAHASAN
- PENGERTIAN
Homeostasis berasal dari bahasa Yunani : homeo berarti
“sama”, stasis “mempertahankan
keadaan”, sehingga dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi segala kondisi yang dihadapi.
Istilah ini digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka
kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam.
Homeostasis
dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol fungsi tubuh dan memantau
organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf dan
endokrin dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat penyesuaian dalam
frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh,
keseimbangan cairan dan elektrolit, sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang
semuanya ditujukan untuk memberi kontribusi bagi homeostasis.
- DASAR-DASAR
HOMEOSTASIS
Ahli
ilmu faal Amerika Serikat Walter Cannon mengajukan 4 postulat yang mendasari
homeostasis, yaitu:
1.
Peran
system saraf dalam mempertahankan kesesuaian lingkungan dalam dengan kehidupan.
2.
Adanya
kegiatan pengendalian yang bersifat tonik.
3.
Adanya
pengendalian yang bersifat antagonistik.
4.
Suatu
sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda di jaringan tubuh berbeda.
- FAKTOR-FAKTOR YANG
DIPERTAHANKAN SECARA HOMEOSTATIS
Faktor-faktor lingkungan internal yang harus dipertahankan secara
homeostasis, yaitu :
- Konsentrasi molekul zat-zat gizi.
Sel-sel membutuhkan pasokan molekul nutrient yang
tetap untuk digunakan sebagai bahan bakar metabolic untuk menghasilkan energi.
Energy kemudian digunakan untuk menunjang aktifitas-aktifitas khusus dan untuk
mempertahankan hidup.
2.
Konsentrasi
O2 dan CO2
Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-reaksi kimia
yang menarik sebanyak mungkin energi dari molekul nutrien digunakan oleh sel.
CO2 yang dihasilkan selama reaksi-reaksi tersebut berlangsung harus
diseimbangkan dengan CO2 yang dikeluarkan oleh paru, sehingga CO2 pembentuk
asam ini tidak meningkatkan keasaman di lingkungan internal.
3.
Konsentrasi
zat-zat sisa
Berbagai reaksi kimia menghasilkan proiduk-produk
akhir yang berefek toksik bagi sel apabila dibiarkan tertimbun melebihi batas
tertentu.
4.
pH.
Diantara efek-efek paling mencolok dari p[erubahan
keasaman lingkungan cairan internal adalah perubahan mekanisme pembentuk sinyal
listrik di sel saraf dan perubahan aktifitas enzim di semua sel.
5.
Konsentrasi
air,garam-garam, dan elektrolit-elektrolit lain
Karena konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di
dalam cairan ekstrasel (lingkungan internal) mempengaruhi berapa banyak air
yang masuk atau keluar sel, konsentrasi keduanya diatur secara ketat untuk
mempertahankan volume sel yang sesuai. Sel-sel tidak dapat berfungsi secara
normal apabila mereka membengkak atau menciut. Elektrolit lain memiliki
bermacam-macam fungsi fital lainnya. Sebagai contoh denyut jantung yang teratur
bergantung pada konsentrasi kalium di cairan ekstra sel yang relative konstan.
6.
Suhu.
Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentan
suhu yang sempit. Sel-sel akan mengalami perlambatanaktifitas yang hebat
apabila suhunya terlalu dingin dan yang lebih buruk protein-protein structural
dan enzimatiknya akan terganggu apabila suhunya terlalu panas.
7.
Volume
dan tekanan.
Komponen sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu
plasma, harus dipertahankan pada tekanan darah dan volume yang adekuat agar
penghubung vital antara sel dan lingkungan eksternal ini dapat terdistribusi ke
seluruh tubuh.
- KONTRIBUSI
BERBAGAI SISTEM BAGI HOMEOSTASIS
Homeostasis sangat penting bagi kelangsungan hidup
setiap sel, dan pada gilirannya, setiap sel, melalui aktifitas khususnya
masing-masing, turut berperan sebagai bagian dari system tubuh untuk memelihara
lingkungan internal yang digunakan bersama oleh semua sel.
Terdapat sebelas system tubuh utama, kontribusi terpenting mereka untuk
homeostasis dicantumkan sebagai berikut:
- Sistem Sirkulasi.
Merupakan system transportasi yang membawa berbagai
zat, misalnya zat gizi, O2, CO2, zat-zat sisa,elektrolit, dan hormone dari satu
bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya.
2.
Sistem
Pencernaan
Menguraikan makanan menjadi molekul-molekul kecil zat
gizi yang dapat diserap ke dalam plasma untuk didistribusikan ke seluruh
sel. Sel ini juga memindahkan air dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke
lingkungan internal. System ini mengeluarkan sisa-sisa makanan yang tidak
dicerna ke lingkungan eksternal melalui tinja.
3.
Sistem
Respirasi
Mengambil O2 dari udara dan mengeluarkan CO2 ke
lingkungan eksternal. Dengan menyesuaikan kecepatan pengeluaran CO2 pembentuk
asam, system respirasi juga penting untuk mempertahankan pH lingkungan
internal yang sesuai.
4.
Sistem
Kemih
Mengeluarkan kelebihan garam, air, dan elektrolit lain
dari plasma melalui urine, bersama zat-zat sisa selain CO2.
5.
Sistem
Rangka
Memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan
organ-organ. System ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium,
suatu elektrolit yang konsentrasinya dalam plasma harus dipertahankandalam
rentang yang sangat sempit. Bersama dengan system otot , system rangka juga
memungkinkan timbulnya gerakan tubuh dan bagian-bagiannya.
6.
Sistem
Otot
Menggerakkan tulang-tulang yang melekat kepadanya.
Dari sudut pandang homeostasis semata-mata, sistem ini memungkinkan individu
mendekati makanan dan menjauhi bahaya. Selain itu, panas yang dihasilkan oleh
kontraksi otot penting untuk mengatur suhu. Karena berada di bawah kontrol
kesedaran, individu mampu menggunakan otot rangka untuk melakukan bermacam
gerakan sesuai keinginan. Gerakan-gerakan tersebut, berkisar dari keterampilan
motorik halus yang diperlukan, misalnya untuk menjahit sampai gerakan-gerakan
kuat yang diperlukan untuk mengangkat beban, tidak selalu diarahkan untuk
mempertahankan homeostasis.
7.
Sistem
Integument
Berfungsi sebagai sawar protektif bagian luar yang
mencegahcairan internal keluar dari tubuhdan mikroorganisme asing masuk ke
dalam tubuh. System ini juga penting dalam mengatur suhu tubuh. Jumlah panas
yang dikeluarkan dari permukaan tubuh ke lingkungan eksternal dapat disesuaikan
dengan mengatur produksi keringat dan dengan mengatur aliran darah hangat ke
kulit.
8.
Sistem
Imun
Mempertahankan tubuh dari seranganbenda asing
dan sel-sel tubuh yang telah menjadi kanker. System ini juga mempermudah jalan
untuk perbaikan dan penggantian sel yang tua atau cedera.
9.
Sistem
Saraf
Merupakan salah satu dari dua system pengatur atau
control utama tubuh. Secara umum, system ini mengontrol dan mengkoordinasikan
aktifitas tubuhyang memerlukan respon cepat. System ini sangat penting terutama
untuk mendeteksidan mencetuskan reaksi terhadap berbagai perubahan di
lingkungan internal. Selain itu, system ini akan bertanggung jawab atas fungsi
lain yang lebih tinggi yang tidak seluruhnya ditujukan untuk mempertahankan
homeostasis, misalnya kesadaran, ingatan, dan kreatifitas.
10. Sistem Endokrin
Merupakan system kontrol utainnya. Secara umum,
kelenjar-kelenjarpenghasil hormone pada system endokrin mengatur aktifitas yang
lebih mementingkan daya tahan (durasi) daripada kecepatan. System ini terutama
penting untuk mengontrol konsentrasi zat-zat gizi dan dengan menyesuaikan
fungsi ginjal, mengontrol volume serta komposisi elektrolit lingkungan
internal.
11. Sistem Reproduksi
System ini tidak esensial bagi homeostasis, sehingga
tidak penting bagi kelangsungan hidup individu. Akan tetapi, system ini penting
bagi kelangsungan hidupsuatu spesies.
- SISTEM CONTROL
HOMEOSTASIS
Untuk mempertahankan homeostasis, tubuh harus mampu
mendeteksi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada faktor-faktor lingkungan
internal yang perlu dijaga dalam retang yang sempit. Tubuh juga harus mampu
mengontrol berbagai sistem tubuh yang bertanggung jawab untuk menyesuaikan
faktor-faktor itu.
Sebagai contoh, untuk mempertahankan konsentrasi CO2
di cairan ekstrasel pada kadar yang optimal, tubuh harus mampu mendeteksi
adanya perubahan pada konsentrasi CO2 dan kemudian dengan tepat mengubah
aktifitas pernapasan, sehingga konsentrasi CO2 kembali ke tingkat yang
diinginkan.
Sistem control yang beroperasi untuk mempertahankan homeostasis dapat
dikelompokkan menjadi dua kelas, yaitu:
- Control intrinsic
Control intrinsik (local, intrinsic berarti ”di
dalam”) terdapat di dalam atau inheren bagi organ yang
bersangkutan. Sebagai contoh, sewaktu suatu otot yang beraktifitas menggunakan O2
dan mengeluarkan CO2 untuk menghasilkan energy yang diperlukan untuk
menjalankan aktifitas kontraktilnya, konsentrasi O2 turun dan CO2 meningkat di
dalam otot tersebut.
Melalui kerja langsung pada otot polos di dinding
pembuluh darah yang mengaliri otot-otot tersebut, perubahan-perubahan kimiawi
local tersebut menyebabkan otot polos melemas dan pembuluh terbuka lebar untuk
mengakomodasikan peningkatan aliran darah ke otot tersebut. Mekanisme local ini
ikut berperan mempertahankan kadar O2 dan CO2 yang optimal di dalam lingkungan
cair internal yang mengelilingi sel-sel otot tersebut.
- Control ekstrinsik
Control ekstrinsik (extrinsic berarti “di
luar”), yaitu mekanisme pengatur yang dicetuskan di luar suatu
organ untuk mengubah aktifitas organ tersebut. Control ekstrinsik berbagai
organ dan system dilaksanakan oleh system saraf dan endokrin, dua sistem
kontrol utama pada tubuh.
Control ekstrinsik memungkinkan pengaturan beberapa
organ sekaligus untuk mencapai suatu tujuan bersama; sebaliknya, control intrinsic
berfungsi untuk melayani organ tempat control tersebut bekerja. Mekanisme
pengaturan keseluruhan yang terkoordinasikan penting untuk mempertahankan
keadaan stabil dinamis lingkungan internal secara keseluruhan.
- HOMEOSTASIS
FISIOLOGIS
Homeostasis fisiologis dalam tubuh manusia dapat
dikendalikan oleh sistem endokrin dan saraf otonom. Prosesnya terjadi melalui
empat cara, yaitu :
- Self Regulation
Sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang
sehat. Contohnya : proses pengaturan fungsi organ tubuh
- Kompensasi
Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan
yang terjadi didalamnya. Misalnya apabila secara tiba –
tiba lingkungan menjadi dingin, maka pembuluh darah perifer akan mengalami
konstriksi dan merangsang pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan
kegiatan (misalnya menggigil) yang dapat menghasilkan panas sehingga suhu tubuh
tetap stabil, pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat
terjadi ancaman terhadap tubuh, dan peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan
suhu tubuh.
- Umpan Balik Negatif
Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal.
Dalam keadaan abnormal, tubuh secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan
balik untuk menyeimbangkan penyimpangan yang terjadi.
- Umpan Balik untuk Mengoreksi Ketidakseimbangan
Fisiologis
Contoh, apabila seseorang mengalami hipoksia akan
terjadi proses peningkatan denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang
cukup ke sel tubuh.
- TAHAPAN-TAHAPAN
HOMEOSTASIS
Homeostasis terdiri dari 3 tahap:
- Homeostasis primer.
Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh
darah, akan terjadi homeostasis primer. Homeostasis primer ini melibatkan
tunika intima pembuluh darah dan trombosit. Luka akan menginduksi terjadinya
vasokonstriksi dan sumbat trombosit.
Homeostasis primer ini bersifat cepat dan tidak tahan
lama. Karena itu, jika homeostasis primer belum cukup untuk mengkompensasi
luka, maka akan berlanjut menuju homeostasis sekunder.
- Homeostasis Sekunder.
Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau
jaringan lain, vasokonstriksi dan sumbat trombosit belum cukup untuk
mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah hemostasis sekunder yang melibatkan
trombosit dan faktor koagulasi.
Homeostasis sekunder ini mencakup pembentukan
jaring-jaring fibrin. Homeostasis sekunder ini bersifat delayed dan long-term
response. Kalau proses ini sudah cukup untuk menutup luka, maka proses
berlanjut ke homeostasis tersier.
- Homeostasis Tersier.
Homeostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol
agar aktivitas koagulasi tidak berlebihan. Homeostasis tersier melibatkan
sistem fibrinolisis.
- KETIDAKSEIMBANGAN
HOMEOSTASIS
Jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi
secar benar, homeostasis terganggu dan semua sel akan menderita karena mereka
tidak lagi memperoleh lingkungan yang optimal tempat mereka hidup dan
berfungsi. Muncul beberapa keadaan patofisiologis. Patofisiologis mengacu
kepada abnormalitas fungsional tubuh (perubahan fisiologi) yang berkaitan
dengan penyakit. Jika gangguan terhadap homeostasis menjadi sedemikian berat
sehingga tidak lagi memungkinkan kelangsungan hidup, timbul kematian.
Hampir semua penyakit merupakan kegagalan tubuh
mempertahankan homeostasis. Keberadaan seseorang dilingkungan sangat dingin
tanpa pakaian dan perlindungan dapat berakibat fatal jika tubuhnya gagal
mempertahankan suhu sehingga suhu tubuh turun. Hal ini disebabkan oleh
terganggunya proses-proses enzimatik sel yang sangat bergangtung pada suhu
tertentu.
Contoh lain adalah kaehilangan drh dalam jumlah yang
kecil mungkin tidak fatal karena tubuh masih mampu mengkompensasi kehilangan
tersebut dengan cara meningkatkan tekanan darah mereabsorpsi cairan di ginjal
dsb. Tetapi bila kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang besar, upaya untuk
mengkompensasi tubuh mungkin tidak memadai sehingga berakibat fatal.
Tanggung jawab dokter dan para medis adalah untuk
perawatan intensif untuk pasien-pasien yang gawat. Berbagai indicator
homeostasis akan dipantau di unit intensif seperti frekuensi denyut jantung,
tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, kimia darah, dan mengatur
keluarnya cairan tubuh. Tujuan unit adalah untuk mengambil alih fungsi
homeostasis yang tidak dapat dilaksanakan oleh pasien yang sedang sakit parah
sahingga tidak mampu melakukan proses homeostasis sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
·
Organ-organ yang
terlibat dalam pengaturan homeostasis antara lain:
·
Homeostasis tergantung
pada interaksi dan tindakan yang dinamis sejumlah badan system, Faktor yang
mempengaruhi seperti :
Ø Temperatur
Ø Kadar garam dan keasaman dalam tubuh
·
Bahan gizi yang berlebih
dan mempengaruhi kemampuan organisme untuk menopang hidup.
DAFTAR
PUSTAKA
Agung. 2008. HOMEOSTASIS suatu pengantar. http//www.scrib.com.
Jumat, 19 September 2008
Guy Ton, Arthur C., Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Ed.11. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Pramita, Aam Citrida. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Palembang
: Poltekkes Depkes Palembang.
Raharja, Kirana.
2007. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT Alex Media Komputindo
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel
Ke Sistem. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Siagian, Minarma. 2004. HOMEOSTASIS: Keseimbangan yang
Halus dan Dinamis. Jakarta : Departemen Ilmu